Jepang adalah negara di Asia Timur yang membebaskan warga negara untuk memilih agama atau kepercayaan yang ingin dianut. Agama di Jepang yang diakui secara resmi ada dua yakni agama Budha dan agama Shinto. Namun, warga di Jepang terbiasa merayakan kedua tradisi agama saat hari besarnya.
Warga Jepang biasa pergi ke kuil Shinto pada Tahun Baru untuk merayakan Jinja. Namun mereka juga pergi ke kuil Budha saat perayaan Obon untuk mengadakan Otera. Sehingga bisa dikatakan masyarakat Jepang secara umum terbiasa menyatukan kedua tradisi agama tersebut.agama di Jepang.
Fakta Kehidupan Beragama di Jepang
Ketika berbicara mengenai agama di Jepang, mayoritas orang luar berpikir bahwa negara ini didominasi oleh masyarakat atheist yang tidak percaya Tuhan. Namun sebenarnya ada fakta unik mengenai agama yang dianut oleh orang Jepang dan bagaimana agama tersebut mempengaruhi kebudayaan dan tradisi.
1. Agama Merupakan Urusan Individu
Agama di Jepang termasuk ke dalam ranah privasi atau urusan masing-masing individu masyarakat sehingga pemerintah dilarang untuk ikut mencampuri persoalan agama. Instansi pemerintahan juga dilarang untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.
Tidak hanya itu, instansi pendidikan umum seperti tingkat SD, SMP dan SMA dilarang untuk mengadakan pendidikan agama tertentu bagi pelajarnya. Oleh karena itu Anda tidak akan bisa menemukan adanya bangunan khusus atau ruangan di sekolah yang dibuat untuk pelaksanaan ibadah.
Jepang juga tidak memiliki Departemen Agama yang mengurusi kegiatan atau persoalan keagamaan. Apabila ada sekolah agama di Jepang seperti sekolah kristen maka sekolah tersebut dibangun melalui yayasan swasta. Jepang adalah negara sekuler yang menjadikan agama sebagai urusan pribadi.
2. Komposisi Agama yang Dipeluk Masyarakat Jepang
Mayoritas agama di Jepang adalah pemeluk kepercayaan Shinto. Berdasarkan informasi yang diambil dari dokumen oleh Kementerian Pendidikan Jepang sekitar 107 juta orang mengaku sebagai pemeluk agama Shinto. Sementara 89 juta orang lainnya mengaku sebagai penganut agama Budha.
Penganut agama Kristen dan Katolik di Jepang sekitar 3 juta orang. Penganut agama lainnya sekitar 10 juta dari total sekitar 290 juta orang yang menganut agama di Jepang. Bisa dikatakan total masyarakat yang mengaku sebagai pemeluk agama hampir mencapai 2 kali lipat dari total penduduk Jepang.
Hal ini disebabkan oleh mayoritas orang Jepang memang menganut lebih dari satu agama. Mereka bahkan mengikuti berbagai perayaan dan ritual dari berbagai agama sepanjang tahun.
Sebagai contoh orang Jepang terbiasa mengikuti perayaan natal di bulan Desember meskipun mereka mengaku beragama Shinto atau Budha.
3. Kepercayaan yang Dianut Masyarakat
Kepercayaan asli yang dianut oleh masyarakat Jepang disebut sebagai kepercayaan Shinto. Kepercayaan Shinto merupakan paham yang muncul, hidup serta berkembang di seluruh daratan Jepang.
Kebiasaan dan budaya masyarakat Jepang sangat erat kaitannya dengan keyakinan masyarakat terhadap cerita mitologi yang sejak dulu sudah dianut. Mitologi yang berkembang kuat di masyarakat Jepang yakni Izanagi dan Izanami menciptakan berbagai pulau yang kini disebut sebagai Jepang.
Selanjutnya kepercayaan Shinto dan Budha pun berkembang di Jepang. Masyarakat Jepang biasa mencampurkan ritual kedua agama tersebut. Misalnya ketika anak lahir maka akan dilakukan pemberkatan di kuil Shinto. Jika ada yang meninggal akan dilaksanakan upacara kematian sesuai cara Buddha.
4. Masuknya Agama Buddha ke Jepang
Buddha merupakan agama kedua yang paling banyak dianut masyarakat Jepang sesudah kepercayaan Shinto. Agama Buddha dipercaya mulai masuk ke Jepang sejak abad ke 5 Masehi dan dibawa dari India. Agama Buddha sendiri adalah agama yang percaya dengan reinkarnasi.
Tidak heran jika banyak cerita seperti manga atau anime Jepang yang mengangkat kisah reinkarnasi. Agama Buddha di Jepang terbagi ke dalam beberapa jenis yakni Buddha Rinzai, Buddha Jodo, Buddha Sotoshu dan Buddha Nichiren.
Zen Buddhisme diterima oleh masyarakat lokal di Jepang sesudah klan Buddha yakni Soga berhasil melawan klan Mononobe.
5. Paham Atheis di Jepang
Salah satu isu yang berkembang hari ini mengenai kehidupan beragama masyarakat Jepang adalah bahwa bangsa Jepang hari ini banyak yang atheis, materialistik dan tidak lagi religius. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh kalangan cendekiawan Jepang ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat Barat.
Paham atheis atau tidak percaya agama memang menjangkiti sebagian masyarakat Jepang terutama generasi mudanya. Namun sebenarnya mayoritas masyarakat Jepang masih menjalani kegiatan keagamaan sebagai bagian dari budaya mereka.
Fakta Agama Shinto di Jepang
Shinto adalah kepercayaan yang paling pertama muncul di Jepang serta dianut oleh masyarakat Jepang hingga hari ini. Shinto sering disebut sebagai kepercayaan dibanding agama karena lebih mengajarkan perilaku dan hubungan manusia dan sekitarnya.
1. Arti Shintoisme
Shintoisme adalah agama di Jepang yang terdiri dari kata “Shin” dan “To”. Kata “shin” artinya adalah roh sementara “to” artinya jalan. Sehingga Shintoisme merupakan kepercayaan yang membahas mengenai jalannya roh baik roh orang meninggal maupun roh yang ada di langit dan bumi.
2. Awal Mula Munculnya Agama Shinto
Shinto dipercaya muncul pada zaman prasejarah. Hanya saja siapa orang yang pertama kali mengajarkan kepercayaan ini belum diketahui. Shinto menyebar di daerah Asia dengan penyebaran paling masif di Jepang.
Agama Shinto terus dilindungi oleh raja yang berkuasa di Jepang meskipun Buddha sudah masuk ke Jepang di abad 6 Masehi. Hal ini karena Shinto mengajarkan para penganutnya agar berbakti bahkan memuja Raja. Pada tahun 1396, raja yang berkuasa menetapkan Shinto sebagai agama negara.
3. Sistem Kepercayaan Shinto
Shinto adalah kepercayaan yang memadukan antara paham serba jiwa atau animisme dengan pemujaan terhadap berbagai gejala alam. Agama Shinto percaya bahwa setiap bena yang ada di bumi ini baik yang hidup ataupun benda mati mempunyai spirit atau ruh.
Spirit atau ruh itu disebut sebagai “Kami”. “Kami” dalam agama Shinto berarti “di atas” atau “unggul”. Sehingga “Kami” kadang diartikan sebagai “Dewa” atau “Tuhan”.
Karena agama Shinto percaya setiap benda memiliki spirit atau ruh, maka pemeluknya terkadang menambahkan kata Kami di depan kata benda. Misalnya untuk menyebut Dewa Gunung disebut Yama no Kami.
4. Perayaan Tahun Baru
Perayaan tahun baru merupakan perayaan besar dalam kepercayaan Shinto. Oleh karena itu masyarakat Jepang menjadikan momen penggantian tahun sebagai perayaan besar.
Dalam agama Shinto, perayaan tahun baru dipercaya dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya. Kuil Shinto akan merayakan momen pergantian tahun dengan membunyikan lonceng besar hingga 108 kali.
5. Dewa Matahari Amaterasu
Masyarakat Jepang mengenal istilah Amaterasu yang merupakan dewa matahari dalam mitologi Shinto. Jepang meyakini mereka merupakan keturunan dewa matahari.
Ciri khas dari agama di Jepang adalah adanya penyatuan dari tradisi agama Shinto dengan agama Budha dalam kehidupan sehari-hari warganya. Tak heran jumlah penganut agama di Jepang melebihi total penduduk negara tersebut. Hal ini dikarenakan warganya menganut lebih dari satu agama.