Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah yang namanya gegar budaya atau ‘culture shock’. Apa sebenarnya arti dari istilah ini? Culture shock adalah istilah untuk perasaan yang menggambarkan kegelisahan, cemas, bingung, dan sejenisnya saat berada di lingkungan baru.
Hal ini bisa terjadi dimana saja, tak hanya di negara baru namun bisa juga saat berada di lingkup keluarga baru. Situasi yang baru dan membuat shock ini tentunya berbeda dengan situasi atau budaya yang selama ini dijalankan sehingga terjadilah kebingungan hingga menimbulkan keresahan.
Biasanya shock terhadap culture baru ini paling mudah dialami soal bahasa atau komunikasi. Seperti halnya di Indonesja yang notabennya punya banyak jenis bahasa daerah. Ketika di suatu daerah yang punya bahasa daerah berbeda dengan umumnya, tentu akan menimpa sikap shock atau bingung.
Gejala Akibat Culture Shock Secara Umum
Gegar budaya memang salah satu hal yang umum terjadi. Namun tidak semua orang menyadari gejala atau ciri-ciri dari hal tersebut. Pasalnya jika gegar budaya tidak diatasi dengan baik akan membuat penderitanya kesulitan dalam bersosialisasi.
Lantas apa sebenarnya gejala yang umumnya dialami oleh orang-orang yang shock terhadap budaya baru? Berikut ini beberapa gejala umumnya:
- Mudah merasa bosan terhadap budaya barunya.
- Selalu mencoba menarik diri atau menjauh dari kebudayaan barunya.
- Selalu merasa tidak berdaya atau pasrah terhadap keadaan.
- Sering merasa lelah hingga menimbulkan kebiasaan mudah tertidur.
- Sering berkomentar terkait budaya atau tradisi barunya tersebut.
- Merasa terlalu rindu kampung halaman atau biasa dikenal dengan istilah homesick.
- Merasa depresi, baik ringan hingga depresi berat.
Trik Mengatasi Culture Shock
Istilah kaget terhadap budaya baru atau gegar budaya ini memang sering dianggap sepele karena bukan merupakan penyakit fisik secara umum, namun jika dibiarkan terus menerus tanpa ada penerimaan dari penderita tentu akan mengakibatkan kondisi psikis yang buruk.
Untuk itu baik dalam level ringan maupun berat, gegar budaya atau shock terhadap budaya baru ini harus segera diatasi. Berdasarkan gejala yang sudah disebutkan sebelumnya, berikut ini ada beberapa trik dalam mengatasinya diantaranya:
1. Mempelajari Tempat Budaya Baru Yang Akan Dituju
Cara yang pertama ini lebih berfokus kepada trik preventif atau pencegahan. Agar tidak terlalu shock terhadap budaya di tempat yang akan disinggahi, pelajari dulu sekua hal tentang budaya yang ada di tempat tersebut.
Meskipun belum sepenuhnya bisa menerapkan, setidaknya sudah ada dasar pengetahuan tentang budaya baru tersebut sehingga kedepannya bisa lebih mudah saat akan menerapkannya.
Cari tahu juga terkait fakta dan hal-hal yang tidak disenangi oleh warga setempat yang ada di daerah tujuan. Hal ini nantinya akan membawa pengaruh besar terhadap proses sosialisasi dengan penduduk di sana.
2. Menyadari Ketidak Nyamanan
Seseorang yang mengalami gejala culture shock secara alami akan merasa kurang nyaman. Penderita harus menyadari akan hal tersebut. Selain itu harus ada kesadaran bahwa memang ia belum mengetahui tentang budaya baru yang ada sehingga timbul perasaan yang tidak nyaman.
Dengan ada kesadaran tersebut, maka akan muncul fikiran atau perasaan ingin tahu dan ingin mencoba budaya baru tersebut agar dirinya bisa lekas merasakan kenyamanan.
3. Tidak Membandingkan Budaya
Masih banyak sekali orang yang secara tidak sadar membanding-bandingkan antara budaya lama yang ada di kampung halamannya dengan budaya baru di tempat baru.
Tanpa disadari kebiasaan membandingkan ini akan menyulitkan seseorang untuk bergerak maju dan menerima budaya baru tersebut. Untuk itu sangat penting untuk memelihara silap mudah menerima dan memahami tanpa harus membandingkan.
Seseorang harus punya kesadaran bahwa di dunia ini memang penuh dengan perbedaan kebudayaan. Harus ada sikap penerimaan bahwa memang budaya di tempat baru berbeda dengan tempat lama.
Dengan adanya kesadaran perbedaan tanpa membandingkan, orang akan lebih mudah bergerak dan membaur dengan kebudayaan baru.
4. Menanam Pikiran Terbuka
Salah satu ciri-ciri orang yang hidup secara modern adalah orang yang selalu berfikir terbuka. Berpikiran terbuka berarti ia harus memahami bahwa memang ada perbedaan antara kebudayaan lama dan baru dan kebudayaan baru itu harus diterima meskipun tidak dilakukan.
Kadang kala ada bentuk culture shock yang disebabkan oleh kebudayaan bertolak belakang dengan prinsip beragama. Dalam hal ini meskipun budaya tersebut sangat kontra dengan prinsip beragama, setidaknya sadari dan toleransi sebaik mungkin.
Toleransi bisa dilakukan dengan menerima dan menyadari perbedaan. Orang tidak perlu atau tidak wajib untuk turut melakukan budaya yang kontra terhadap prinsipnya tersebut dalam tindakan toleransinya. Cukup hargai tanpa mencela budaya yang ada di tempat tersebut.
Sebaliknya, orang berpikiran tertutup cenderung akan memaksakan prinsipnya tersebut ubtuj bisa diterapkan pada tempat yang baru dan berakhir dengan terhapusnta budaya yang ada di tempat tersebut.
5. Mencoba Berbaur dan Menjalin Relasi
Di tempat yang baru orang baru mungkin tidak bisa secara langsung berbaur atau menjalin relasi dengan banyak orang sekaligus. Meski begitu bukan berarti tidak bisa menjalin relasi dengan satu atau dua tetangga sebelah rumah.
Anda tetap bisa menjalin relasi dengan tetangga dengan berbagai cara sosialisasi yang baik dan benar. Dengan menjalin relasi, Anda akan lebih mudah mempelajari budaya di tempat baru tersebut.
Selain itu jika sudah memiliki teman dari relasi tersebut, orang cenderung akan lebih mudah bertahan hidup di tempat baru karena memang dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
6. Terlibat Dengan Budaya Baru
Secara umum memang keterlibatan seseorang terhadap budaya baru akan lebih mudah dalam berbaur dengan budaya dan masyarakat setempat. Anda bisa mencoba memulai dengan turut menggunakan bahasa setempat, mengikuti kegiatan sosial seperti PKKbatau sejenisnya.
Meskipun keterlibatan langsung ini bisa dijadikan solusi yang tepat untuk culture shock, namun untuk budaya yang berkaitan dengan kontra prinsip tetap bisa dibatasi tanpa harus terlibat di dalamnya.
7. Percaya Diri
Unsur percaya diri ternyata juga sangat dibutuhkan agar bisa turut terlibat dalam budaya baru yang ada. Untuk bisa terlibat dalam budaya baru, seseorang membutuhkan kepercayaan diri. Umumnya hal ini juga berlaku pada kebiasaan bersosialisasi dengan warga setempat.
Seseorang yang tidak punya kepercayaan diri cenderung akan menarik atau menutup diri. Hal ini tentu akan menyulitkan untuk beradaptasi dengan budaya baru tersebut. Pada akhirnya orang tersebut akan merasa tidak nyaman dan depresi berada di tempat baru tersebut.
8. Kemauan Untuk Belajar
Poin yang satu ini masih ada kaitannya dengan tindakan berfikir terbuka. Saat seseorang bisa berpikiran terbuka, ia cenderung memiliki kemauan untuk belajar tentang hal baru.
Proses belajar budaya baru juga bisa dengan cara rajin bersosialisasi, mencari tahu di berbagai media, hingga praktik secara langsung.
Menyikapi culture shock memang tidak mudah bagi sebagian orang. Meski begitu trik yang sudah disampaikan di atas setidaknya harus dicoba agar bisa menimbulkan kenyamanan di tempat atau lingkungan baru tersebut. Dengan penerimaan budaya baru yang baik, hidup akan terasa lebih nyaman.