Nasi menjadi salah satu makanan pokok di banyak negara seperti Indonesia dan Jepang. Jepang menjadi salah satu negara dengan angka konsumsi nasi yang tinggi setiap tahunnya karena merupakan makanan pokok masyarakat Jepang. Namun, pernahkan Anda bertanya Bahasa Jepangnya nasi?
Jika Anda baru memulai belajar Bahasa Jepang, maka mengetahui kosakata seputar nasi merupakan kewajiban. Hal ini karena nasi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Jepang. Di artikel ini akan dibahas secara lengkap Bahasa Jepang nasi.
Bahasa Jepangnya Nasi
Untuk menyebutkan “nasi” dalam Bahasa Jepang, biasanya menggunakan kata “gohan”, “meshi”, atau “reishu”. Namun, apa perbedaan ketiganya dan kapan penggunaanya? Simak pembahasan lengkapnya di bawah ini sehingga Anda bisa menggunakan ketiga kata tersebut dengan tepat.
1. Gohan
Gohan menjadi kata pertama yang banyak digunakan untuk menyebutkan nasi dalam percakapan secara lisan maupun tulisan masyarakat Jepang. Gohan merupakan kata yang mengandung rasa hormat dan kesopanan. Kata jenis ini disebut dengan bikago.
Kata bikago biasanya diawali dengan “go” atau “o” sehingga kosakata Bahasa Jepang yang dituliskan atau diucapkan memiliki makna yang lebih halus dan sopan. Gohan juga bisa diartikan dengan makan, namun kembali lagi dengan konteks kalimat yang dibuat.
2. Meshi
Meshi merupakan kosakata Jepang kedua yang digunakan untuk menyebutkan nasi dalam tulisan maupun percakapan secara lisan. Meshi digunakan untuk percakapan atau tulisan dengan keadaan yang lebih santai, kasual dan non formal.
“Meshi” juga bisa digunakan untuk menyatakan makan. Namun, penggunaan kata “meshi” sudah jarang digunakan karena dianggap kata yang kurang sopan dan sebagai bahasa laki-laki.
3. Raisu
Raisu adalah kosakata Jepang ketiga yang digunakan untuk menyebutkan nasi. “Raisu” dituliskan dengan huruf katakana dan merupakan bahasa serapan dari Bahasa Inggris yakni “rice”. Raisu banyak digunakan untuk menuliskan berbagai menu di restoran dengan menu barat atau modern.
Selain itu, “gohan” dan “meshi” biasanya digunakan untuk merujuk pada nasi yang disajikan dalam sebuah cawan kecil sebagaimana tradisi di Jepang. Namun, “raisu” biasanya digunakan untuk merujuk pada nasi yang disajikan dalam sebuah piring dan biasanya untuk menu yang lebih modern.
Untuk lebih memahami penggunaan “gohan” sebagai kata benda yang memiliki arti “nasi” dalam sebuah kalimat, Anda bisa menyimak contoh kalimat di bawah ini:
- Bahasa Jepang: ご飯を食べすぎました。
Latin: Gohan wo tabesugimashita.
Bahasa Indonesia: Saya terlalu banyak makan nasi.
Sejarah Nasi
Setelah memahami mengenai kosakata Bahasa Jepang nasi putih dan penerapannya dalam kalimat, sepertinya Anda juga perlu mengetahui sejarah nasi di Jepang. Nasi diperkirakan masuk ke Jepang di tahun 300 SM sampai 100 SM dan mulai menjadi makanan pokok di Jepang.
Nasi pertama kali masuk ke Jepang diperkirakan dari Semenanjung Korea dan semenjak saat itu nasi menjadi komoditas utama pertanian di Jepang. Pertanian padi di Jepang dianggap sangat penting dalam pembangunan sehingga pertanian padi di Jepang dikelola dengan sangat ketat untuk ketahanan pangan.
Nasi dalam Budaya Jepang
Nasi merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Jepang. Namun bukan hanya sebagai makanan pokok, nasi juga sangat erat dengan budaya kuliner dan nilai-nilai sosial Jepang. Berikut pembahasan lengkap mengenai nasi dalam Budaya Jepang.
1. Posisi Utama dalam Sebuah Hidangan Lengkap
Dalam sajian makanan Jepang secara lengkap, nasi pasti selalu akan diletakkan di bagian tengah hidangan dan dianggap sebagai makanan utama. Kemudian, menu makanan lain seperti sayuran, ikan, ayam, daging atau sup akan diletakkan di sekitar nasi.
Dalam susunan tersebut, dapat dilihat bahwa nasi menjadi posisi utama dalam sebuah hidangan lengkap yang dijadikan makanan utama masyarakat Jepang terutama ketika perayaan besar dilaksanakan.
2. Nasi Sebagai Simbol Kehidupan
Dalam budaya Jepang, nasi juga dianggap sebagai simbol kehidupan. Nasi dianggap sebagai “anugerah asli Jepang” atau dalam Bahasa Jepang dituliskan dengan “hinotomo no megumi”. Dalam kehidupan masyarakat Jepang, nasi merupakan unsur terpenting.
Nasi menjadi simbol yang digunakan untuk melambangkan kondisi kesehatan, kelimpahan harta dan berkah, kehidupan yang baik dan nilai-nilai baik lainnya dalam kehidupan.
Bagi masyarakat Jepang, kehadiran nasi tidak hanya untuk memenuhi nutrisi dan energi, melainkan memberikan rasa kehangatan dan kenyamanan setiap mereka menyantap apa saja makanan yang dihidangkan beserta dengan nasi.
3. Perayaan Nasi di Jepang
Karena Bahasa Jepangnya nasi sangat penting dalam budaya Jepang, masyarakat Jepang memiliki satu hari perayaan yang berhubungan dengan nasi. Perayaan tersebut disebut dengan “oseibo”.
Oseibo merupakan tradisi turun temurun dimana masyarakat memberikan persembahan di akhir tahun sebagai bentuk ucapan terima kasih karena sudah diberikan hasil panen nasi yang baik dan melimpah. Selain oseibo, ada juga perayaan “Niinamesai”.
Niinamesai merupakan perayaan yang diadakan di kuil-kuil Shinto dimana persembahan ditujukan untuk Dewi Padi dalam Budaya Jepang.
4. Etika saat Makan Nasi di Jepang
Karena nasi bukan hanya sekedar makanan pokok di Jepang melainkan juga sangat erat kaitannya dengan Budaya masyarakat di Jepang, maka ada etika yang perlu digunakan dan diperhatikan ketika memakan nasi di Jepang yakni:
- Jangan meniup nasi yang masih panas. Apabila masih terlalu panas, maka bisa ditunggu agar nasi sedikit hangat.
- Pastikan untuk mengangkat mangkuk nasi ke mulut, bukan menunduk mendekatkan mulut ke mangkuk nasi atau memasukkan nasi ke mulut dengan sumpit tanpa mengangkat mangkuk ketika makan di Jepang.
- Pastikan untuk tidak meninggalkan sisa nasi di mangkuk karena dengan menghabiskan semua nasi yang disajikan, maka menunjukkan sebagai bentuk penghormatan terhadap nasi yang sudah diberikan.
Jenis Nasi yang Dimakan Masyarakat Jepang
Terkadang, ketika melihat film Jepang, kita sering melihat nasi yang disajikan bukanlah seluruhnya nasi putih sebagaimana yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pada Era Genroku tahun 1688 sampai 1704, nasi putih merupakan makanan mewah.
Mengapa demikian? Proses penghilangan dedak pada padi hingga menghasilkan nasi putih yang bersih dianggap sangat mahal dan sulit pada masa itu. Sehingga, nasi putih hanya dikonsumsi oleh masyarakat elit atau keluarga kerajaan saja.
Namun, setelah masa industrialisasi masuk ke Jepang yakni Era Meiji pada tahun 1868 sampai 1912, pengolahan nasi putih menjadi semakin murah dan terjangkau sehingga banyak masyarakat Jepang yang mulai mengkonsumsi nasi putih.
Saat ini sebanyak 70% masyarakat Jepang mengkonsumsi nasi putih. Kemudian, 20% diantaranya mengkonsumsi nasi putih yang dicampur dengan berbagai jenis biji-bijian seperti millet atau jelai sehingga warnanya sedikit berubah.
Selain dua jenis itu, ada beberapa masyarakat Jepang yang menyantap nasi mochigome atau beras ketan. Nasi ketan memiliki tekstur yang lebih kenyal dan biasanya digunakan untuk bahan pembuatan makanan penutup khas Jepang yakni mochi dan lainnya yang berbahan ketan.
Ternyata, nasi memiliki sejarah dan nilai budaya tersendiri bagi masyarakat Jepang. Jadi, selain mempelajari Bahasa Jepangnya nasi sebagaimana yang dibahas, alangkah baiknya Anda mengetahui bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam semangkuk nasi bagi masyarakat Jepang.