Dampak Pendudukan Jepang Terhadap Perekonomian di Indonesia

Ketahui Apa Saja Dampak Pendudukan Jepang Terhadap Perekonomian di Indonesia!

Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah salah satu hal yang perlu diketahui sebagai pengaruh yang terjadi dari 3,5 tahun penjajahan negara tersebut. Meskipun waktunya hanya sebentar, namun kependudukan Jepang di Indonesia memberikan dampak yang sangat signifikan.

Dalam kurun waktu tersebut, Jepang menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia. Akibat pemerintahan militer dan kerja rodi yang diterapkannya selama masa itu, masyarakat bisa merasakan dampaknya di berbagai sektor seperti politik, birokrasi, pendidikan, dan yang paling besar tentu saja ekonomi.

Jenis Dampak Pendudukan Jepang Terhadap Perekonomian di Indonesia Adalah

Masa kependudukan Jepang di Indonesia membawa dua jenis dampak, yakni positif dan negatif meskipun bisa diketahui jika dampak negatif banyak dirasakan oleh masyarakat di Indonesia. Ada baiknya jika Anda mengetahui k jenis dampak tersebut agar bisa melihat apakah pengaruhnya masih ada hingga saat ini.

Dampak Positif Pemerintahan Jepang di Indonesia

Masa penjajahan Jepang yang terjadi dari tahun 1942 hingga 1945 ternyata memiliki beberapa dampak positif dan inovasi tersendiri di Indonesia seperti berikut ini.

1. Berdirinya Kumiyai

Berdirinya Kumiyai

Kumiyai adalah sebuah badan yang didirikan oleh pemerintahan Jepang di Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di masa itu meskipun sempat dipakai untuk mengeruk hasil bumi di tanah air. Namun, berdirinya kumiyai merupakan cikal bakal terbentuknya koperasi.

Berdirinya badan ini memiliki tujuan resmi untuk melindungi kegiatan ekonomi masyarakat di Indonesia yang mendapatkan pengaruh dari Cina. Selain itu, kumiyai mendukung proses perkemangan industri yang ada di tanah air pada waktu itu. Maka, di masa itu terdapat berbagai jenis kumiyai.

Tujuan awal dari dibentuknya badan ini adalah untuk lebih menguatkan pengaruh Jepang atas perekonomian Indonesia dari Cina. Badan ini juga menjadi sarana dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Jepang pada saat itu.

Maka, pemerintahan Jepang mendirikan suatu komite dan mengangkat Muhammad Hatta sebagai pemimpin dan teman-temannya untuk mengurusnya.

2. Line System pada Pertanian

Line System pada Pertanian

Tak hanya mendirikan kumiyai, dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Inonesia adalah dikenalkanya sistem pengaturan dalam pertanian yang baru. Sistem bercocok tanam yang dikenal dengan line system ini membantu untuk meningkatkan produktivitas para petani di Indonesia.

Bahkan sistem pertanian yang dikenalkan oleh Jepang tersebut masih bisa dijumpai hingga sekarang. Namun sekarang sistem pertanian tersebut tidak lagi dilakukan secara manual seperti pada zaman dahulu. Kini, sistem tersebut sudah terintegrasi dengan berbagai teknologi dan mesin-mesin pertanian.

Ada juga beberapa contoh pertanian modern yang saat ini tengah populer dan dikembangkan seperti hidroponik. Sistem pertanian ini tidak memakau unsur hara serta membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan dengan sistem pertanian biasa yang memakai tanah sebagai media tanam.

Kelebihan dari sistem pertanian hidroponik adalah air yang digunakan sebagai media tanam akan terus mengalami sirkulasi. Inovasi pada pertanian ini merupakan contoh dampak positif dari masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Dampak Negatif Pemerintahan Jepang di Indonesia

Meskipun ada beberapa dampak positif yang pengaruhnya masih bisa dirasakan hingga saat ini, namun dampak negatif yang terjadi tentu lebih banyak terutama di bidang ekonomi. Maka, tak heran jika pada saat itu bangsa Indonesia mengalami kerugian yang begitu besar seperti contoh berikut ini.

1. Pengendalian Perkebunan

Pengendalian Perkebunan

Ada kebijakan khusus pemerintahan Jepang pada masa itu untuk mengendalikan perkebunan yang dikeluarkan langsung melalui Undang-Undang. Kebijakan tersebut menyatakan bahwa kepala militer akan melakukan pengawasan langsung di pengelolaan sejumlah perkebunan seperti teh, kopi, dan karet kina.

Kepala militer membentuk badan pengawas khusus yang bertindak sebagai pelaksana dalam melakukan pengawasan saat proses jual beli hasil perkebunan dan penentuan harga jual dari hasil perkebunan tersebut. Meski begitu, ternyata hanya sedikit saja hasil perkebunan nusantara yang mendukung perang.

Komoditas seperti tembakau, teh, dan kopi tidak terlalu bermanfaat untuk mendukung pasukan Jepang dalam berperang. Maka, perkebunan ini diganti dengan komoditas lain seperti bahan makanan dan pelumas. Jepang pada saat itu juga meminta untu segera menamam karet, padi, tebu, dan kina.

2. Kemerosotan Industri

Kemerosotan Industri

Selanjutnya, dampak pedudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah terjadinya kemerosotan industri. Masalah yang dialami Indonesia tidak hanya dari segi pangan saja tetapi juga sandang karena pada saat itu masyarakat masih bergantung pada impor pakaian dari Belanda.  

Kondisi ini memaksa para petani untuk beralih profesi ke pengusaha konveksi untuk melatih rakyat agar bisa memiliki kemampuan memintal bahan-bahan pakaian seperti serat-serat yang diambil dari kapuk pohon randhu. Namun, upaya ini tida juga bisa membangkitkan industri tekstil seperti sediakala.

Hal ini diseabkan karena kekurangan suplai tanaman kapas. Di tahun 1944, pemerintah melaksanakan Pekan Pengumpulan Pakaian Khusus yang ditujukan untuk masyarakat kurang mampu. Pada waktu itu. rakyat banyak yang memakai penutup tubuh dari karung maupun lembaran karet mentah.

Pada masa pemerintahan Jepang, industri dibagi ke dalam dua jenis. Pertama adalah industri untuk mendukung perang yang memproduksi baja, lapis granat, paku, mesin, dan kawat. Kedua adalah industri yang mendukung kebutuhan masyarakat.

3. Kebijakan Self Sufficiency

Kebijakan Self Sufficiency

Kebijakan self sufficiency yang dimaksudkan untuk mengurangi beban pemerintahan Jepang juga merupkan dampak negatif yang lain. Di dalam kebijakan ini, semua wilayah nusantara yang ada di bawah pemerintaha Jepang harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

Hal ini membuat hubungan perekonomian di satu daerah terputus dengan daerah yang lainnya. Sistem autarki yang diimplementasikan Jepang ini sangat memberatkan masyarakat Indonesia di masa pendudukan Jepang tersebut.

Tujuan lain dari penetapan kebijakan self sufficiency adalah membantu untuk mendukung Jepang ketika perang. Tentu saja kebijakan ini hanya memberi keuntungan pada Jepang dan membuat masyarakat Indonesia semakin sengsara.

4. Pergantian Mata Uang

Pergantian Mata Uang

Dampak negatif selanjutnya yang cukup besar bagi perekonomian berhubungan dengan masalah keuangan dan perbankan. Meskipun tidak suka dengan Belanda yang sudah terlebih dahulu menjajah Indonesia, namun pada saat itu pemerintahan Jepang masih memakai mata uang gulden milik Belanda.

Ini dimaksudkan untuk membuat harga-harga barang tetap dalam keadaan stabil. Setelah itu, baru mereka mengganti uang Belanda dengan uang Jepang sehingga mengakibatkan inflasi. Hal ini karena mata uang Jepang saat itu beredar dengan cepat di ndonesia.

Kondisi ini semakin memburuk bidang ekonomi karena Indonesia mengalami masalah yang lain. Sehingga meskipun masa kependudukan Jepang terbilang sangat singkat, namun dampak negatif dan kerusakan yang ditimbulkannya justru lebih parah dibandingkan saat penjajahan Belanda.

Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dari berbagai jenis kebijakan dan kerja rodi yang diterapkan pada masa itu. Kebijakan-kebijakan yang hanya berpihak pada pemerintahan Jepang tersebut telah memakan banyak korban dari warga Indonesia.

Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah sangat merugikan karena dampak negatifnya begitu terasa dan menyengsarakan masyarakat. Namun, masa tersebut juga memberikan beberapa dampak positif yang masih berguna hingga sekarang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *