Sorekara Artinya Apa? Ini Penjelasan dan Contoh Penggunaannya

Sorekara Artinya Apa dan Bagaimana Penggunaannya?

Salah satu kata penghubung dalam Bahasa Jepang adalah sorekara artinya kemudian. Sama dengan bahasa lainnya, dalam Bahasa Jepang juga ada kata penghubung yang digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau lebih sesuai dengan konteksnya.

Bagi Anda yang baru belajar Bahasa Jepang dan masih kebingungan mengenai sorekara dan kata penghubung lainnya. Maka Anda sudah tepat membaca artikel ini hingga akhir karena disini akan membahas secara lengkap mengenai kata penghubung.

Sorekara Artinya Apa?

Sorekara Artinya Apa?

Dalam Bahasa Jepang, kosakata yang satu ini diartikan dengan “kemudian”, “setelah itu”, dan “dan”. Kosakata penghubung yang satu ini digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau kejadian yang dilakukan secara berurutan.

Jadi, kalimat sebelum “sorekara” merupakan kegiatan pertama yang dilakukan kemudian akan diikuti dengan kalimat yang kedua secara berurutan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kedua kalimat atau kegiatan yang dihubungkan dengan “sorekara” saling berhubungan satu sama lain.

Soshite: Istilah Bahasa Jepang Lain untuk Menyatakan “Kemudian”

Soshite- Istilah Bahasa Jepang Lain untuk Menyatakan “Kemudian”

Dalam Bahasa Jepang, ada kosakata lain yang dapat digunakan sebagai kata hubung “kemudian” pada dua kalimat. Apa kosakata tersebut dan apa perbedaannya dengan “sorekara”? Simak pembahasan lengkapnya sekaligus dengan contoh penggunaannya dalam sebuah kalimat.

Kosakata Bahasa Jepang kedua yang dapat diartikan sebagai kata penghubung “kemudian” adalah “soshite”. Perbedaan utama dari “soshite” dan “sorekara” yakni jika sorekara mengharuskan dua kalimat atau kejadian terjadi secara berurutan, maka soshite tidak harus terjadi secara berurutan.

Meskipun demikian, kedua kalimat atau kejadian tersebut masih berhubungan satu sama lain tetapi tidak harus dinyatakan secara berurutan. Selain dapat diartikan sebagai kata penghubung “kemudian”, kosakata yang satu ini juga dapat digunakan sebagai kata penghubung dimana kalimat pertama dan kedua memiliki kesetaraan.

Sehingga, “soshite” juga dapat diartikan sebagai “lagi pula”, “lalu”, “dan”, dan “serta” sesuai dengan konteks kalimat yang ditulis atau dikatakan.

Jenis-Jenis Kata Hubung

Jenis-Jenis Kata Hubung

Dalam tata bahasa, kata hubung atau biasa disebut dengan konjungsi digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat, frasa, paragraf atau klausa yang memiliki kedudukan setara atau tidak setara. Dalam tata bahasa, terdapat beberapa jenis konjungsi yakni:

1. Kata Hubung Aditif

Kata hubung yang digunakan sebagai konjungsi antara dua kalimat yang memiliki kedudukan atau derajat yang sama. Tujuan penggunaan konjungsi jenis ini adalah agar lawan bicara atau pembaca bisa mengetahui dua kalimat memiliki kedudukan yang sama.

2. Kata Hubung Waktu

Jenis yang kedua adalah kata hubung waktu. Konjungsi jenis ini digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang memiliki hubungan waktu.

3. Kata Hubung Pertentangan

Jenis yang ketiga adalah kata hubung pertentangan. Konjungsi jenis ini digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang sederajat namun saling bertentangan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya.

4. Kata Hubung Pilihan

Jenis yang keempat adalah kata hubung pilihan. Konjungsi jenis ini digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang sederajat dan digunakan untuk tujuan memberikan atau menyampaikan banyak atau beberapa pilihan.

Kata Hubung dalam Bahasa Jepang

Kata Hubung dalam Bahasa Jepang

Seperti dalam Bahasa Indonesia di negara lain, kata penghubung memiliki peran penting untuk menghubungkan dua kalimat atau lebih. Dalam Bahasa Jepang, ada beberapa kata hubung yang wajib diketahui karena akan sangat sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau membuat kalimat. Kata penghubung dapat disebut juga dengan konjungsi.

Berikut pembahasan lengkap kata penghubung dalam Bahasa Jepang.

1. Dan = To ( ~と)

Kata penghubung pertama adalah “to” yang artinya dan. “To” digunakan untuk menghubungkan dua kalimat, frasa atau klausa yang berkedudukan setara atau berstatus sederajat. Konjungsi jenis ini termasuk ke dalam konjungsi koordinatif.

2. Atau = Mata wa (または)

Kata konjungsi kedua adalah “mata wa” yang berarti atau. “Mata wa” digunakan untuk menghubungkan dua kalimat, frasa atau klausa yang sederajat tetapi berlawanan. Konjungsi jenis ini termasuk ke dalam konjungsi koordinatif karena kalimat yang digabungkan memiliki derajat yang sama.

3. Karena = Nanode (~なので )

Karena menjadi kata penghubung atau konjungsi yang banyak digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam Bahasa Jepang, karena disebut dengan “nanode”. Kata penghubung ini masuk ke dalam jenis konjungsi koordinatif.

4. Tapi = Demo (でも)

Tapi menjadi kata penghubung keempat yang harus Anda hafalkan ketika mempelajari Bahasa Jepang selain sorekara artinyakemudian. “Tapi” dalam Bahasa Jepang disebut dengan “demo”. “Demo” digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang sederajat namun bertentangan. 

5. Lalu = Sore Kara (それから)

Dalam Bahasa Jepang, jika ingin menggunakan kata hubung “lalu” dapat menggunakan kata “sore kara”. “Sore kara” digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat atau klausa yang berurutan. 

Sehingga kata penghubung ini digunakan untuk menegaskan urutan dari satu kalimat ke kalimat lainnya.

6. Setelah = No Ato (の後)

“No Ato” dalam Bahasa Jepang dapat diartikan dengan “setelah”. Kata penghubung yang satu ini digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat, frasa, atau paragraf yang memiliki hubungan waktu baik yang sederajat maupun tidak sederajat.

7. Ketika = No Toki (の時)

Kata penghubung “ketika” dalam Bahasa Jepang adalah “No Toki”. Konjungsi yang satu ini digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat atau frasa yang memiliki kedudukan sederajat dan dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu oleh satu atau lebih subjek.

8. Jika = Moshi (もし)

Kata penghubung kedelapan dalam Bahasa Jepang adalah “moshi”. “Moshi” diartikan sebagai “jika” dalam Bahasa Indonesianya. “Moshi” digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang memiliki hubungan syarat.

Sehingga, “moshi” termasuk ke dalam jenis kata hubung syarat dimana suatu kejadian atau kalimat baru bisa dilakukan ketika sudah memenuhi syarat tertentu.

9. Bahkan = Sore Dokoro Ka (それどころか)

“Sore Dokoro Ka” merupakan konjungsi di Bahasa Jepang yang artinya “bahkan”. “Sore Dokoro Ka” merupakan konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau kalimat dan berfungsi untuk menegaskan atau menjelaskan salah satu kalimat.

10. Sehingga = No Kekka (の結果)

Jika ingin menyatakan “ketika” sebagai penghubung sebuah kalimat, maka Anda bisa menggunakan kosakata Bahasa Jepang yakni “no kekka”. 

“No Kekka” digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat atau frasa yang berfungsi untuk menjelaskan sebuah kejadian atau kalimat yang disebabkan oleh kalimat atau kejadian lainnya.

11. Namun = Shikashi (しかし)

Kata penghubung dalam Bahasa Jepang selanjutnya yang banyak digunakan adalah “shikashi”. Dalam Bahasa Indonesia, “Shikashi” artinya adalah “namun”. Konjungsi ini digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih kalimat atau frasa yang memiliki hubungan setara dan termasuk ke konjungsi koordinatif.

12. Serta = To Tomo Ni (と共に)

Terakhir, ada konjungsi “to tomo ni” dalam Bahasa Jepang. “To tomo ni” artinya adalah “serta”. Konjungsi ini merupakan kata hubung aditif yang digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau frasa yang memiliki kedudukan setara.

Pembahasan mengenai sorekara artinya merupakan salah satu kata hubung atau konjungsi dalam Bahasa Jepang. Selain itu, ada banyak kata hubung atau konjungsi lainnya yang harus dihafalkan dan dipahami penggunaannya dalam sebuah kalimat atau percakapan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *