7 Adat Korea Selatan yang Masih Dilestarikan Sampai Sekarang

Adat Korea

Korea Selatan adalah negara yang terkenal dengan industri hiburannya yang maju. Tidak hanya itu, negara yang dijuluki Negeri Ginseng ini juga memiliki perkembangan teknologi dan pendidikan yang sangat maju. Meskipun demikian, adat Korea masih dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Penduduk di negara tersebut seakan mampu hidup berdampingan dengan berbagai macam inovasi mutakhir sekaligus nilai-nilai tradisi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat global sangat menyukai Korea Selatan.

Lalu, apa saja adat asal Korea Selatan yang masih dilestarikan hingga kini? Simak ulasan tentang adat istiadat tersebut di artikel ini.

Ragam Adat Korea

Sama seperti Indonesia, masyarakat di Korea cenderung menjunjung budaya dan adat istiadat yang telah dilestarikan secara turun temurun oleh nenek moyang.

Meskipun tergolong sebagai negara maju, namun Korea Selatan tidak melupakan atau meninggalkan adat yang sudah dilakukannya sejak lama. Beberapa adat di negara Korea yakni sebagai berikut:

1. Menghormati Orang yang Lebih Tua

Menghormati Orang yang Lebih Tua

Adat Korea yang pertama yakni menghormati orang yang lebih tua. Hal ini berlaku di segala lingkungan, baik itu di transportasi umum, di tempat kerja, ataupun di lingkungan rumah. Hal ini cukup mengagumkan, mengingat tidak semua negara maju memiliki adat istiadat semacam ini.

Negara Indonesia juga menanamkan nilai-nilai sosial budaya ini bagi setiap generasi agar tidak memperlakukan orang tua secara semena-mena. Adat ini diterapkan kepada orang tua yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

Menghormati orang tua bisa diwujudkan melalui perkataan maupun perbuatan. Jika di Indonesia, salah satu cara untuk menunjukkan sikap hormat dan sopan santun adalah dengan mencium tangan sebagai tanda sapaan.

Sedangkan gesture menghormati orang yang lebih tua di negara Korea ditunjukkan dengan membungkukkan badan sekitar 45 derajat. Jadi, bukan hanya sekadar jabat tangan semata.

2. Penyambutan Bayi

Penyambutan Bayi

Ada sejumlah tradisi unik bagi masyarakat Korea yang baru melahirkan buah hati.

Jika di Indonesia terdapat upacara tedak siten yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, lain halnya dengan Korea Selatan yang memiliki adat doljanchi.

Kedua upacara penyambutan bayi ini memiliki tujuan yang sama, yakni untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan anugerah berupa bayi.

Jika tedak siten dilakukan ketika bayi menginjak tanah pertama kali, lain halnya dengan doljanchi yang dilakukan ketika anak merayakan ulang tahunnya yang pertama.

Adat Korea lain yang berkaitan dengan bayi adalah tidak ada tamu yang boleh menengok bayi sebelum usianya 21 hari. Namun, hal ini tidak berlaku bagi keluarga inti, seperti ibu, ayah, nenek, dan kakek.

Tradisi lain yang cukup unik di Korea Selatan adalah saat seorang bayi baru lahir, maka orang tuanya akan menggantung sebuah tali jerami di rumah. Jika bayinya laki-laki, maka tali jerami tersebut akan dikaitkan paprika merah dan arang.

Adapun jika bayi yang lahir berjenis kelamin perempuan, maka yang dikaitkan berupa cemara dan arang. Tali jerami tersebut menjadi simbol perlindungan dari gangguan setan ataupun penyakit.

3. Chuseok

Chuseok

Tradisi Korea lain yang tidak kalah unik adalah chuseok. Bisa dibilang, chuseok adalah sebuah tradisi yang mirip dengan tradisi Hari Raya Idul Fitri. Pasalnya, untuk memperingati hari tersebut, biasanya masyarakat akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman.

Hal ini juga berlaku pada tradisi chuseok yang diselenggarakan setiap bulan Oktober. Chuseok itu sendiri merupakan pesta panen yang dilakukan oleh orang-orang Korea Selatan. Tidak hanya itu, mereka juga akan mengunjungi makam leluhur untuk berziarah dan memberikan penghormatan.

4. Mengenakan Pakaian Adat saat Pernikahan

Mengenakan Pakaian Adat saat Pernikahan

Jika sering menonton film atau drama Korea, pasti Anda sudah tidak asing dengan adegan ketika keluarga pengantin menggunakan pakaian adat dalam merayakan hari pernikahan tersebut.

Fenomena tersebut bukan hanya terdapat di drama, melainkan juga di dunia nyata yang hingga kini masih dilakukan. Contohnya, Saat Maudy Ayunda menikah dengan orang Korea, maka keluarga dari mempelai pria terlihat mengenakan pakaian adat saat hari penting tersebut.

Hal ini tentu tidak mengherankan, mengingat masyarakat Indonesia juga mempunyai adat yang sama. Hanya saja, pakaian adat yang dikenakan tersebut adalah kebaya. Pemakaian baju adat di hari pernikahan ini sebagai bentuk menghargai adat dan budaya agar tetap lestari.

5. Upacara Pemakaman

Upacara Pemakaman

Dalam adat Korea Selatan, masyarakat di sana memiliki cara khusus untuk merenungkan kematian. Oleh karena itu, upacara pemakaman adalah salah satu tradisi yang cukup penting di negara tersebut.

Upacara pemakaman dan persemayaman jenazah berlangsung sekitar tiga hari. Setelah itu, keluarga yang ditinggalkan normalnya tetap dalam suasana berkabung selama tiga tahun.

Seperti halnya di Indonesia, tamu upacara pemakaman tidak diundang oleh keluarga yang ditinggalkan secara formal. Ketika seseorang meninggal, maka orang-orang yang mendengar kabar tersebut akan meneruskan informasinya ke anggota keluarga, kerabat, sahabat, dan rekan kerja.

Diharapkan pula seorang tamu juga meluangkan waktu untuk mengunjungi pemakaman saat dia mempunyai waktu dan kesempatan.

Walaupun tamu biasanya akan memberikan kabar ke keluarganya terlebih dahulu ketika ingin mengunjungi makam, namun para tamu bisa leluasa untuk datang kapan saja.

6. Hoesik

Hoesik

Hoesik adalah suatu tradisi ketika orang- orang pekerja melakukan kumpul-kumpul dan menghabiskan waktu bersama. Pastinya, tradisi ini cukup familiar karena sering ditampilkan dalam film dan drama Korea.

Bahkan, hoesik bisa berlanjut sebanyak dua hingga tiga ronde, yang mana para pekerja tersebut tidak hanya mendatangi satu tempat saja.

Setelah menyantap makanan di restoran, biasanya mereka akan lanjut ke tempat karaoke atau ke diskotik.

Bagi para junior, mungkin menolak tawaran hoesik adalah hal yang tidak umum dilakukan. Hal tersebut bisa saja menimbulkan kesalahpahaman yang dapat menjauhkan seseorang dari atasannya.

Jadi, di negara Korea, rebahan adalah hal yang cukup eksklusif karena sebagian besar karyawan senang melakukan heosik.

7. Darye (Upacara Teh)

Darye Upacara Teh

Darye merupakan suatu adat istiadat Korea Selatan yang cukup unik dan terkenal. Darye atau upacara minum teh adalah etika atau tata cara minum teh yang sudah diwariskan sejak dahulu kala oleh nenek moyang di Korea.

Bahkan, tradisi ini telah bertahan sejak ribuan tahun yang lalu. Upacara teh ini bermula dari upacara teh Tionghoa yang berasal dari Tiongkok.

Selanjutnya, upacara teh Korea mengacu pada perubahan musim dan menggunakan peralatan yang berasal dari keramik. Pelestarian tradisi ini juga dipengaruhi oleh upacara keagamaan.

Perlengkapan yang umumnya digunakan yakni berasal dari peralatan batu. Sedangkan daerah-daerah yang menggunakan tungku keramik, maka lebih banyak memakai material tersebut untuk minum teh.

Adapun bagian utama dari tradisi minum teh Korea ini yaitu dilakukan dengan suasana yang santai dan ringan.

Selain itu, tradisi ini juga menerapkan etika formal, pembicaraan ringan, dan menikmati berbagai jenis teh yang dihidangkan.

Berbagai adat Korea Selatan yang dibahas di atas sangat menarik untuk dipelajari. Hingga kini, adat tersebut masih terus dilestarikan sebagai bagian dari khazanah budaya masyarakat Korea.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *