Apabila ingin pergi ke Jepang atau tertarik dengan negara sakura tersebut, maka mempelajari sejarahnya adalah dasar yang penting. Mulai dari perkembangan Kekaisaran Jepang, tadisi, dan berbagai kebudayaan di sana yang masih kental hingga saat ini.
Dengan mengetahui berbagai hal tersebut, maka seseorang lebih bisa memahami berbagai budaya serta ritual unik yang rutin dilakukan masyarakat Jepang. Selain itu, hal ini juga menghindarkan diri jika mungkin saja melakukan perbuatan yang dianggap sebagai perilaku tidak sopan oleh masyarakat Jepang.
Kali ini, akan dibahas mengenai sejarah Kekaisaran di Jepang dari masa ke masa hingga peranannya pada negeri tersebut.
Sejarah Kekaisaran Jepang Kuno hingga Sekarang
Sebagaimana yang diketahui, Jepang merupakan negara monarki konstitusional dengan Kaisar sebagai kepala negaranya. Hal ini sama dengan negara monarki konstitusional lainnya yang mana kepala negaranya adalah raja atau ratu.
Walau menjadi pemimpin negara, kekuasaan raja ataupun ratu di bidang yang lainnya akan dilimpahkan pada badan yudikatif dan juga legislatif. Sementara kepala negara Jepang adalah Kaisar, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Hal ini karena sistem pemerintahan negara di Jepang menggunakan sistem parlementer. Perbedaan di antara keduanya yaitu Kaisar hanyalah sebagai kepala negara yang menjadi simbol pemersatu rakyat, sementara perdana menteri bertindak sebagai kepala pemerintahan.
Dalam sistem negara monarki konstitusional seperti Kekaisaran Jepang, jabatan seorang kepala negara atau Kaisar berlangsung hingga seumur hidup. Sehingga walau pemilihan kepala pemerintahan (perdana menteri) didasarkan ketentuan negara, pemilihan kepala negara (Kaisar) didasarkan pada keturunan.
Sementara itu, sejarah Kekaisaran di Jepang dari masa ke masa bisa dilihat pada poin berikut:
1. Kekaisaran di Jepang Zaman Kuno dan Klasik
Kekaisaran di Jepang dikatakan sebagai dinasti tertua yang ada di Bumi. Sementara itu, asal usul keluarga Kaisar didasarkan pada cerita serta legenda sehingga belum bisa dikuatkan oleh para sejarawan hingga saat ini.
Periode awal ini disebut sebagai zaman Jepang kuno yang mana berlangsung hingga tahun 539 M ditandai dengan dimulainya kepemimpinan Kaisar ke-29, yaitu Kaisar Kaisar Kinmei. Sejak masa pemerintahan Kaisar Kinmei, menjadi penanda bahwa Jepang telah memasuki periode klasik.
Periode ini ditandai dengan adanya transformasi sosial, politik, dan juga seni yang terpegaruh oleh agama Buddha serta Taoisme yang berasal dari Cina dan Korea. Istilah Nihon yang digunakan untuk menyebut Jepang hingga sekarang berasal dari periode klasik tersebut.
Pada masa itu, sumber utama kekuasaan di Jepang dipegang oleh Kaisar dan istana Kekaisaran Jepang. Namun, pada akhirnya kaisar Jepang runtuh pada tahun 1185 saat terdapat kekuatan penyokong baru yang berhasil menurunkan tahta kaisar dan mengambil alih kuasa Jepang.
2. Masa Abad Pertengahan dan Pra Modern Jepang
Sebagaimana telah sedikit di bahas di atas, periode klasik Jepang berakhir pada tahun 1185 saat terdapat kekuatan baru yang berhasil menurunkan tahta keluarga penguasa Kekaisaran. Saat itu, Minamoto no Yoritomo menjadi Shogun pertama setelah berhasil meruntuhkan tahta Kaisar Taira.
Adapun penyebab diturunkannya Kaisar adalah karena mereka gagal membentuk tatanan militer yang kuat. Periode yang lebih sering disebut sebagai abad pertengahan ini menjadi pertanda dimulainya Shogun sebagai pemegang kekuasaan di Jepang.
Selanjutnya, Shogun menempatkan berbagai pelayan paling setianya di berbagai wilayah dan menunjuk mereka sebagai gubernur provinsi atau daimyo. Pada masa-masa itu, sebenarnya Kaisar Jepang berusaha untuk merebut kembali walaupun tidak bertahan pada jangka yang lama.
Masa ini juga sebuah momentum awal yang menandai adanya bangsawan militer yang mana sekarang lebih dikenal sebagai samurai. Kelompok ini terdiri dari berbagai prajurit profesional yang memiliki peran akan perjuangan kekuasaan saat itu.
Setelah berhasil menguasai Jepang selama kurang lebih 400 tahun, akhirnya mulai terjadi kekacauan serta konflik militer yang terjadi sekitar abad ke-15. Masa itu dikenal sebagai periode Sengoku, di mana terjadi pergolakan sosial di Jepang selama hampir 140 tahun lamanya.
3. Periode Sengoku
Periode Sengoku dikenal juga sebagai zaman negara berperang, di mana di dalamnya terdapat beberapa konflik seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya. Hingga kemudian pada masa ini muncullah dua pemimpin besar atau daimyo yang disebut-sebut sebagai pemersatu hebat pertama dan kedua.
Periode ini menjadi masa-masa akhir kekuasaan Shogun sebelum kembalinya Kekaisaran Jepang. Pada periode ini terdapat dua kekuatan besar yang berkuasa, yaitu masa klan Toyotomi serta keshogunan Tokugawa. Adapun keduanya akan dijelaskan dengan lebih mudah melalui poin berikut:
Masa Kekuasaan Toyotomi Hideyoshi
Toyotomi diceritakan sebagai seorang yang berasal dari keluarga petani dan memulai perjalanan karirnya sebagai prajurit kaki dengan Oda Nobunaga sebagai mentornya. Oda sendiri saat itu merupakan salah satu penguasa di Jepang yang paling kuat.
Mereka pun bekerja sama menyatukan sebagian pulau Honshu, yaitu pulau utama Jepang dengan bernegosiasi atau bertarung sebagai cara paksa menyingkirkan daimyo yang berkuasa di sana.
Walau tidak satupun dari keduanya berhasil mencapai pangkat Shogun, tetap saja mereka berdua dianggap berhasil menempatkan Jepang pada puncak kekuatannya.
Masa Keshogunan Tokugawa Ieyasu
Tokugawa merupakan seorang panglima perang yang hebat dan terkemuka lainnya di periode ini. Dia merupakan sekutu Toyotomi dan juga Oda, namun akhirnya memilih jalannya sendiri dan berusaha meraih gelar Shogun di Jepang.
Dari hal itu, akhirnya terjadi pertempuran Sekigahara di tahun 1600 oleh Tokugawa yang menentang pasukan setia Toyotomi Hideyoshi. Dari terkumpulkan kekuatan berbagai klan yang bersatu di bawah Tokugawa, akhirnya dia berhasil merebut kekuasaan.
Setelah menghapus klan Toyotomi, dinasti Tokugawa memberlakukan kebijakan Sakoku selama hampir 260 tahun. Dalam kebijakan isolasionis ini, Jepang memberlakukan peraturan perdagangan serta hubungan luar negeri yang ketat.
Dalam kegiatan berdagang, hanya orang Belanda saja yang diizinkan memasuki Nagasaki. Warga negara Jepang hingga tentara dan bangsawan juga dilarang bepergian ke luar negeri tanpa seizin keshogunan. Dan apabila melanggar, maka akan diberikan sanksi hukuman mati.
Periode ini pun berakhir saat Keshogunan Tokugawa berhasil dipaksa mundur oleh komandan Amerika Serikat yang menandai berakhirnya isolasionisme di Jepang pula.
4. Restorasi Meiji
Setelah banyak daimyo yang merasakan bahwa Jepang menjadi negara yang tertinggal jauh akibat isolasi sebelumnya, mereka pun memutuskan untuk memulihkan Kekaisaran. Di samping itu, mereka juga tidak membiarkan negara asing mendominasi Jepang walau sistem isolasi telah dihapuskan.
Proses Restorasi Kekaisaran ini dipimpin oleh aliansi dua klan terkemuka, yaitu Satsuma dan Choshu. Akhirnya Meiji yang mana merupakan putra dari Kaisar Komei yangs sudah meninggal di tahun 1867 akhirnya naik tahta.
Di bawah tekanan Kaisar dan daimyo lain, Shogun Tokugawa yang terakhir, yaitu Tokugawa Yoshinobu pun menyerahkan hak prerogatif pada Kaisar sebagai bentuk pelepasan kekuasaan. Walau dibutuhkan beberapa tahun hingga raja samurai menerima orde baru, akhirnya Jepang damai pada tahun 1877.
Karena itu periode ini kerap disebut sebagai Restorasi Meiji, di mana pada masa ini Jepang mulai memasuki era modern.
Dari keempat masa di atas, Kekaisaran Jepang membuat sejarahnya sendiri hingga bisa maju seperti saat ini. Dengan memahami penjelasan di atas, diharapkan sekarang Anda bisa mengerti seluk beluk sejarah pemerintahan di Jepang dengan lebih baik.