Membaca buku atau “本を読む” (hon o yomu) merupakan kegiatan yang mendalam dan bermakna dalam budaya literasi Jepang. Dalam kesehariannya, membaca buku dalam bahasa Jepang merupakan kata-kata paling umum diucapkan.
Aktivitas ini tidak hanya dianggap sebagai sarana hiburan atau sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai bentuk refleksi dan introspeksi, membangun jembatan yang kuat antara pembaca dengan pikiran dan imajinasi penulis.
Bahasa Jepang yang kaya akan sastra dan puisi membuat membaca buku menjadi pengalaman yang mendalam dan kompleks. Buku-buku Jepang sering kali mencerminkan nilai-nilai tradisional, sejarah, dan refleksi atas kompleksitas kehidupan modern.
Membaca Buku dalam Bahasa Jepang
Dalam Bahasa Jepang, ungkapan membaca buku dapat diucapkan sebagai “本を読む” (hon o yomu). Pengucapan ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu “本” yang diucapkan sebagai “hon” yang berarti “buku,” dan “読む” yang diucapkan sebagai “yomu” yang berarti “membaca.”
Untuk mengucapkannya dengan benar, pertama-tama, kata “本” (hon) diucapkan dengan menggabungkan bunyi ‘ho’ yang mirip dengan bunyi ‘h’ dalam bahasa Indonesia dan ‘on’ dengan vokal ‘o’ yang diucapkan seperti ‘o’ dalam kata “tokyo.”
Selanjutnya, kata “読む” (yomu) diucapkan dengan memulai dengan bunyi ‘yo’ yang memiliki vokal ‘o’ yang diucapkan seperti ‘o’ dalam kata “tokyo,” dan kemudian diikuti dengan bunyi ‘mu’ yang mirip dengan bunyi ‘mu’ dalam kata “muda.”
Jadi, secara keseluruhan, saat Anda ingin mengucapkan “membaca buku” dalam bahasa Jepang, Anda dapat mengatakan “本を読む” (hon o yomu), dengan memperhatikan pengucapan vokal dan konsonan yang khas dalam bahasa Jepang.
Pentingnya Membaca Buku Bagi Orang Jepang
Membaca buku memiliki peran yang sangat penting dalam budaya Jepang dan dianggap sebagai aktivitas yang mendukung perkembangan pribadi, pendidikan, dan kehidupan sosial.
1. Literasi Budaya yang Kuat
Jepang memiliki tradisi literasi yang kuat, dengan sejarah panjang dalam menghasilkan sastra klasik seperti haiku, novel, dan puisi. Membaca buku dipandang sebagai cara untuk memahami dan meresapi kekayaan sastra mereka sendiri, yang mencakup karya-karya dari periode Heian hingga modern.
2. Pendidikan Berfokus pada Tulisan Karakter
Sistem pendidikan Jepang memberikan penekanan khusus pada keterampilan menulis karakter kanji. Membaca buku menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman karakter, mengasah keterampilan membaca, dan membangun kosakata yang lebih luas.
3. Menghargai Sastra Kontemporer
Orang Jepang juga aktif dalam membaca karya sastra kontemporer, baik dalam bentuk novel, esai, maupun manga. Karya-karya seperti yang ditulis oleh penulis terkenal seperti Haruki Murakami dan Banana Yoshimoto memiliki dampak besar dalam membentuk diskusi budaya dan pemikiran.
4. Membentuk Pikiran Kritis
Membaca buku juga dianggap sebagai cara untuk mengembangkan imajinasi dan kemampuan pemikiran kritis. Karya fiksi dan non-fiksi memberikan perspektif baru, merangsang pemikiran, dan memperluas wawasan tentang dunia.
5. Mengurangi Stress
Banyak orang Jepang melihat membaca sebagai bentuk hiburan yang bermanfaat dan sebagai cara untuk mengurangi stres. Membaca novel, manga, atau esai dapat menjadi pelarian dari kehidupan sehari-hari dan memberikan kesempatan untuk bersantai.
Bahan Bacaan Bagi Masyarakat Jepang
Setelah mengetahui bagaimana cara mengucapkan membaca buku dalam bahasa Jepang, pastinya Anda penasaran tentang buku atau bahan bacaan mereka. Berikut ini beberapa contoh buku dan bahan bacaan yang sering dipakai oleh masyarakat Jepang.
1. Buku Haruki Murakami – “Norwegian Wood” (ノルウェイの森)
Norwegian Wood atau dalam Bahasa Jepang dikenal sebagai “ノルウェイの森” (Noruwei no Mori) adalah salah satu karya paling terkenal dari penulis Jepang kontemporer, Haruki Murakami.
Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1987 dan segera menjadi sukses besar di Jepang dan di seluruh dunia. Karya ini dikenal karena menggambarkan kehidupan dan perasaan para karakternya dengan gaya naratif yang khas dan mendalam.
Dalam “Norwegian Wood,” Murakami mengisahkan kisah cinta dan kehilangan dengan latar belakang Jepang pada era 1960-an. Protagonis novel ini, Toru Watanabe, terlibat dalam hubungan rumit dengan dua wanita, Naoko dan Midori, yang mewakili berbagai aspek perjalanan emosionalnya.
2. Buku Yasunari Kawabata – “Snow Country” (雪国)
Snow Country atau dalam Bahasa Jepang disebut “雪国” (Yukiguni) adalah salah satu karya klasik penulis Jepang terkenal, Yasunari Kawabata. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1947 dan segera menjadi salah satu karya paling penting dalam sastra Jepang abad ke-20.
Ceritanya berfokus pada hubungan antara Shimamura, seorang pemikir dan esteta dari Tokyo, dan Komako, seorang geisha di desa pegunungan. Hubungan mereka dikemas dalam lapisan kecantikan dan kesedihan yang khas dalam karya Kawabata.
Prosa Kawabata dalam Snow Country diakui karena keindahannya yang serba halus dan introspektif. Pada saat yang sama, dia berhasil menyelipkan elemen-elemen budaya Jepang yang dalam, seperti tradisi geisha dan keindahan alam musim dingin, ke dalam naratifnya.
3. Buku Manga – “One Piece” (ワンピース)
One Piece adalah manga populer yang ditulis dan diilustrasikan oleh Eiichiro Oda. Serial ini pertama kali dimulai pada tahun 1997 dan terus berlanjut hingga sekarang, menjadikannya salah satu manga terpanjang dan terlaris sepanjang masa.
Cerita One Piece berkisah tentang petualangan Monkey D. Luffy, seorang pemuda yang mendapatkan kekuatan buah setan yang membuat tubuhnya bisa meregang seperti karet setelah tanpa sengaja memakannya.
Luffy bermimpi untuk menjadi Raja Bajak Laut dan menemukan harta legendaris yang dikenal sebagai “One Piece” untuk mendapatkan gelar tersebut. Bersama dengan kru bajak lautnya yang beragam, Luffy menjelajahi Grand Line, lautan penuh misteri dan bahaya.
4. Buku Essai – “The Anatomy of Dependence” (甘えの構造) oleh Takeo Doi
The Anatomy of Dependence atau dalam Bahasa Jepang dikenal sebagai “甘えの構造” (Amae no Kozo) adalah sebuah esai yang ditulis oleh psikiater Jepang, Takeo Doi. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan segera menjadi karya penting dalam bidang psikologi di Jepang.
Dalam esainya, Doi membahas konsep “amae,” suatu istilah Jepang yang sulit diterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa lain, namun sering kali diartikan sebagai keinginan untuk bergantung dan meminta perlindungan.
Salah satu kontribusi utama dari “The Anatomy of Dependence” adalah memperkenalkan konsep “amae” ke dalam literatur psikologi dan memahaminya sebagai elemen kunci dalam dinamika interpersonal di Jepang.
5. Buku Higashino Keigo – “The Devotion of Suspect X” (容疑者Xの献身)
The Devotion of Suspect X atau dalam Bahasa Jepang disebut sebagai “容疑者Xの献身” (Yōgisha Ekkusu no Kenshin) adalah sebuah novel misteri karya penulis Jepang terkenal, Higashino Keigo.
Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2005 dan dengan cepat mendapatkan popularitas di Jepang dan internasional. Higashino Keigo dikenal karena kemampuannya menciptakan plot yang kompleks, karakter yang mendalam, dan membingkai misteri yang tak terduga.
Secara bahasa, cara mengucapkan kata membaca buku dalam bahasa Jepang adalah “本を読む” (hon o yomu), bukan hanya sekadar urutan kata, melainkan cerminan keindahan dan kompleksitas bahasa itu sendiri.
Penting untuk diingat bahwa dalam keberagaman makna dan nilai budaya, cara mengucapkan kata-kata membaca buku juga mencerminkan penghargaan yang dalam terhadap peranan buku dalam kehidupan sehari-hari.